Senin, 23 Februari 2009

Kumis Kucing TELAPAK Rambah Perancis

Petani-hutan di kaki Gunung Pangrango berhasil melakukan ekspor perdana produk herbalnya ke Perancis. Aktivitas ekspor ini adalah sebuah usaha ekonomi berbasis lokal, namun berpotensi menjadi solusi kreatif untuk menjawab krisis lingkungan dan ekonomi global.

Dalam sebuah upacara sederhana, para-petani hutan di kaki Gunung Pangrango dan Telapak melepas sebuah peti kemas 20 feet yang bermuatan daun Kumis Kucing (Orthosiphon spp.) kering untuk diekspor ke Perancis. Daun Kumis Kucing kering tersebut merupakan hasil tanaman para petani-hutan di tepi kawasan hutan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Para petani-hutan dari kedua desa tersebut telah mengusahakan jenis tanaman ini sejak 2 tahun terakhir secara organik. Upacara pelepasan tersebut sekaligus menandai dilakukannya ekspor perdana produk herbal organik dari masyarakat petani-hutan.

Sejak dua tahun yang lalu, Telapak telah melakukan serangkaian kegiatan pendampingan dan peningkatan kapasitas masyarakat sekitar hutan di Jawa Barat. Rangkaian kegiatan itu dilakukan dengan sebuah harapan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekaligus mewujudkan pengelolaan sumberdaya hutan lestari berbasis masyarakat. Juru bicara Telapak, Rina Agustine mengatakan, “Pelestarian alam tidak harus bertentangan dengan upaya peningkatan ekonomi masyarakat. Kami membuktikannya melalui kegiatan pendampingan ini.”

Kumis Kucing merupakan jenis tanaman herbal yang dapat tumbuh subur di bawah tegakan hutan. Sebagai produk herbal, daun Kumis Kucing memiliki harga jual yang relatif mahal. Di lain pihak usaha pertanian Kumis Kucing di bawah tegakan pohon juga tidak berdampak negatif pada fungsi ekologis hutan. Keunggulan jenis tanaman ini telah mendorong pengembangan usaha Kumis Kucing oleh Telapak bersama kelompok petani-hutan di Jawa Barat.

Selain mengembangkan usaha penanaman Kumis Kucing, Telapak juga membantu upaya pemasaran produk herbal ini ke pasar dunia. Sebuah perusahaan di Perancis, L’ Herbier du Diois, ternyata menaruh perhatian yang sangat besar pada pasokan produk Kumis Kucing dari Indonesia. Mereka berminat untuk memperoleh pasokan daun Kumis Kucing kering dari usaha kelompok petani-hutan yang didampingi oleh Telapak. Setelah melalui beberapa kontak awal dan pengiriman sample, akhirnya kegiatan ekspor perdana produk ini pun berhasil dilakukan. Ekspor perdana ini membuktikan kemampuan bersaing dari model tani-hutan lestari di pasar global.

“Kami mengajak industri berbasis tanaman herbal dunia untuk mendukung upaya ini dengan membeli produk herbal dari usaha tani-hutan oleh masyarakat. Jika upaya ini berkembang, maka bukan tidak mungkin ia menjadi solusi atas krisis ekonomi dan lingkungan global!” kata Rina Agustine.

[ sumber: www.kedaitelapak.com | fans ]

Kamis, 19 Februari 2009

Selamat datang Pak Marto, selamat jalan Pak Bambang

Senin, 9 Februari 2009 yang lalu telah dilakukan Pelantikan Pejabat Eselon II lingkup Departemen Kehutanan RI di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta. Terkait dengan acara tersebut, telah dilantik pula Dr. Bambang Sukmananto-Kepala Balai Besar TN Gunung Gede Pangrango [TNGGP], Direktorat Jenderal PHKA menjadi Direktur Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan. Pada kesempatan yang sama dilantik pula Ir. Sumarto, MM.-Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur menjadi Kepala Balai Besar TNGGP, menggantikan Pak Bambang.

“Jangan khawatir, saya tidak akan lupa dengan TNGGP, saya kan sudah menjadi warga Gede Pangrango dan menjadi Sahabat Gede Pangrango”, demikian jawab Pak Bambang secara singkat melalui SMS sesaat sebelum pelantikan.

Memang Pak Bambang relatif belum cukup lama memimpin TNGGP, Surat Keputusan mulai 14 Juni 2007 hingga 9 Februari 2009, sekitar 20 bulan, namun sudah ada beberapa kegiatan yang dirasa cukup menggebrak, semisal pengembangan Program Adopsi Pohon dan revitalisasi Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB), pembuatan MoU dengan beberapa Kelompok Masyarakat sekitar kawasan TNGGP, Aksi Bersih Gunung yang melibatkan beberapa lembaga dan kelompok Pecinta Alam serta berbagai program lainnya. Semoga ini akan menjadi catatan dan kenangan manis bagi keluarga besar TNGGP dan akan tetap menjadi pemacu semangat untuk tetap dilanjutkan untuk mewujudkan TNGGP menjadi TN terbaik di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara dalam waktu ke depan.

Memang mengelola TNGGP memiliki keunikan dan tantangan tersendiri dan perlu dukungan dari berbagai pihak, mengingat fungsi kawasan TNGGP yang merupakan kesatuan tak terpisahkan dengan ekosistem di luarnya termasuk wilayah hilirnya, seperti Jakarta dan Bekasi. Ini menjadi sangat penting untuk menjaga tetap berlangsungnya fungsi hutan TNGGP sebagai sistem penyangga kehidupan, seperti pengatur tata air, mencegah kekeringan di musim kemarau, mencegah banjir di musim hujan, mencegah tanah longsor, penyedia oksigen bagi ekosistem bumi dan fungsi lainnya yang tidak bisa dihitung dengan nilai mata uang manapun dengan mudah.

Dalam hal mengelola Taman Nasional bukan merupakan hal baru bagi Pak Marto yang sebelumnya pernah menjadi Kepala Balai TN Laut Kepulauan Seribu sebelum menjadi Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur. Namun demikian, menyadari pentingnya kerja sama dan keterlibatan berbagai pihak untuk mewujudkan hal tersebut, melalui SMS, Pak Marto juga menyebutkan,” Ewangi ya, bantuin untuk tetap kerja sama yang baik ya!”

“Siap Pak, kami siap mendukung semua kebijakan untuk mewujudkan TNGGP yang terbaik!”

Di awali dengan niat baik, dengan keyakinan penuh, Insya Allah pengelolaan TNGGP akan mendapat dukungan dari berbagai pihak untuk mewujudkan cita-cita terbaik. Partisipasi Andapun, selalu kami sambut baik.

[ sumber: www.dephut.go.id | teks & gambar © TNGGP 022009 | Fan's ]